Broken Heart Survival Guide

Teknik berkomunikasi dg pasangan di saat sulit (arti penting dari komunikasi bagian 2)

14/06/2011 23:31

Notes saya kali ini akan lebih membahas tentang hubungan antar individu dalam sebuah hubungan. Melanjutkan notes saya yang sebelumnya. Anda pasti pernah melakukan komunikasi dengan pasangan anda atau dengan orang lain bukan?
Sebuah survei tentang kunci kesuksesan sebuah hubungan cinta pernah diselenggarakan. Hasilnya, komunikasi menduduki posisi puncak. Komunikasi yang baik akan membuat hubungan membaik. Sebaliknya, komunikasi yang buruk akan membuat hubungan ikut memburuk. Tapi benarkah begitu?
Hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa komunikasi yang buruk merupakan ciri dari pasangan yang tidak berbahagia. Biasanya, pasangan yang tidak berbahagia tidak menanggapi pesan-pesan yang disampaikan pasangannya, baik pesan secara verbal maupun nonverbal. Ironisnya, mereka sering kali justru menyalahkan pasangannya, “Kamu egois hanya peduli pada dirimu sendiri saja. Kamu tidak pernah peduli padaku.”
Pasangan yang tidak berbahagia pada awalnya mulaisering mengkritik perilaku pasangannya. Ini sering sekali saya lihat dalam status - status yang muncul di wall account facebook saya, dan jujur saja saya membacanya sangat miris sekali. Misalnya mengkritik datang terlambat, mengkritik barang yang dibeli, mengkritik telat makan, mengkritik pakaian yang dikenakannya, dan semacamnya. Sesudah mengkritik perilaku, secara bertahap mereka mulai menyerang kepribadian pasangan. Mereka mulai mengkritik kebiasaan-kebiasaannya, gaya hidupnya, kegemarannya, dan lainnya. Kemudian mereka mulai merasa tidak suka atau bahkan menunjukkan kejijikan pada pasangan. Biasanya pasangan yang diserang atau dikritik akan defensif. Si dia mungkin akan berargumen bahwa itusemua bukan salahnya. Bahkan, mereka bisa mengkritik balik pasangannya.
its looking good?
Tampak jelas bukan bahwa komunikasi yang buruk berperan dalam ketidak bahagiaan hubungan? Jadi, agar Anda memiliki hubungan yang berbahagia, sudah semestinya jika Anda melakukan komunikasi dengan baik. Agar Anda bisa melakukannya, Anda harus menjadi komunikator yang baik. Pertanyaannya, apakah Anda komunikator yang baikatau komunikator yang buruk?
Ada dua kondisi di mana bentuk komunikasi sangat mempengaruhi suatu hubungan. Pertama adalah komunikasi ketika menyampaikan dan menerima kritik. Kedua adalah komunikasi ketika menyelesaikanmasalah yang ditimbul. Jika dalam kedua kondisi tersebut komunikasi bisa berjalan baik, maka hubungan akan relatif aman. Sebaliknya bila dalam dua kondisi itu komunikasi berjalan buruk, maka bisadiramalkan hubungan tersebut tidak membahagiakan pelakunya.
Berikut adalah ciri-ciri dari komunikator yang baik dan komunikator yang buruk ketika menghadapi sebuah kritik atau ketika memecahkan konflik yang saya coba ingat ketika masih kuliah dulu. Coba Anda perhatikan baik-baik. Jika ciri-ciri pada tipe komunikator yang baik paling menggambarkan diri Anda, maka Anda adalah komunikator yang baik. Sebaliknya jika ciri-ciri pada tipe komunikator yang buruk paling menggambarkan diri Anda, maka Anda adalah komunikator yang buruk.
Komunikator yang buruk versus komunikator yang baik. *. Terus menerus melakukan kritik dan menyalahkanVERSUS menekankan hal-hal positif dan penuh harapan *. Mengawasi dan mendengarkan dengan seksama pihak lain agar bisa mempertahankan diri VERSUS berusaha tetap tenang, memahami sudut pandang pasangan, menunjukkan sikap saling hormat dan mencari kompromi *. Mengabaikan topik masalah, mengabaikan semua protes dan menghina pasangan VERSUS tetap fokus pada topik yang dibicarakan dan berusaha menemukan solusi yang dapat diterima kedua belahpihak. *. Merasa sangat tahu apa yang sedang dipikirkan pasangan, menunjukkan ketidaksukaan dengan menghina (misalnya Anda merasa jijik si dia menjadi sangat gendut, lantas Anda menghinanya si babi gendut), menyerang balik kritikan pada Anda, menerima kritik tetapi dengan syarat (misalnya, “Ya aku bisa terima. Tapi kamu harus tahu, aku tidak suka dimarahi”), selalu menyela atau menginterupsi VERSUS mendengarkan secara hati-hati, memberikan empati dan tanggapan positif, menghindari ejekan dan fokus pada kritik yang disampaikan pasangan. *. Menunjukkan bahwa Anda tidak akan menyerah, marah dan lantas bungkam VERSUS saling memahami dan memaafkan *. Menanggapi kritik secara defensif, misalnya mengabaikan semua kritik (“Peduli amat dengan kritiknya”), menilai pasangan emosional (“Si dia orangnya memang emosional, sensitif dan gampang marah”), dan segera meminta maaf begitu saja (“Ya sudah, maaf!”), VERSUS menganggap kritik sebagai informasi yang berguna bagi diri bukan sebagai upaya pasangan menghina Anda *. Anda sama sekali tidak merespon semua kritik danpendapatnya VERSUS percaya bahwa pengabaian adalah penghinaan. Jadi, Anda akan mendengarkan semua hal yang disampaikan pasangan, bahkan meskipun Anda merasa sakit hati ketika mendengarnya.

romansa© 2007 All rights reserved.

Make a free websiteWebnode